It's me.......

Foto saya
I'm student in one of medical faculty in my country (baru smester 3 sich.....) UmurQ baru 18 taon, but I don't like "dipanggil anak kecil". My hobby is listening to the music & of course watching korean drama...

Rabu, 22 Juli 2009

Kesulitan Belajar Seorang Seruni

A. Skenario

Kesulitan Belajar Seorang Seruni

Seruni, atas anjuran penasehat akademiknya, suatu hari datang menemui konselor di Bagian Bimbingan dan Konseling FK Universitasnya. Ia seorang siswi berprestasi di satu kota kecil di Bagian Timur Indonesia, merasa sangat bahagia diterima di fakultas kedokteran. Sejak kecil ia bercita-cita untuk menjadi dokter, menginggat masyarakat di daerahnya sangat membutuhkan pelayanan seorang dokter. Namun ia merasa sangat rendah diri, di antara mahasiswa lain yang umumnya berasal dari kota besar.

Setelah ia menyelesaikan dua blok mata kuliah, ternyata prestasinya tidak secermerlang prestasinya di sekolah menegah atas. Ia selalu rajin belajar tapi herannya ia sukar mengerti kuliah dan bahan yang dibacanya.

B. Kata Kunci

  1. Berprestasi di kota kecil
  2. Rendah diri
  3. Prestasi tidak secemerlang sebelumnya (Prestasi menurun)
  4. Rajin belajar, sukar mengerti.
  5. Menemui konselor
  6. Bahagia masuk fakultas kedokteran
  7. Motivasi tinggi jadi dokter

C. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

1. Faktor Internal

a. Kejiwaan (Psikologi)

Faktor kejiwaan yang dimaksud yaitu adanya perasaan rendah diri karena berasal dari kota kecil. Faktor ini terutama muncul karena keadaan lingkungan. Misalnya, keadaan teknologi yang sangat berkembang di kota besar sementara orang – orang yang berasal dari kota kecil kurang mengikuti perkembangannya. Contoh lain, fasilitas yang kurang berkembang di kota kecil menjadi tampak sangat tidak terjangkau bagi mahasiswa yang selama ini belum pernah menggunakannya dibanding dengan mahasiswa dari kota besar. Sehingga mereka merasa bahwa\ereka ini benar-benar berbeda dengan orang-orang di sekelilingnya. Faktor rendah diri ini muncul karena adanya perbedaan kehidupan di daerah dan kota besar, misalnya dari segi teknologi dan pergaulan.

b. Metode belajar yang lama dan strategi belajar yang salah

Sebagaimana diketahui bahwa kehidupan di kampus saat seseorang sudah kuliah berbeda dengan kehidupan di SMA sebelumnya. Saat masih di SMA, para siswa masih bisa menggunakan banyak waktunya lebih untuk bermain-main. Selain itu, sistem pembelajaran yang digunakan di SMA pun masih tidak terintegrasi dengan baik. Seperti menggunakan cara SKS atau Sistem Kebut Semalam yang biasa digunakan para siswa saat menjelang ujian. Padahal cara belajar seperti ini merupakan cara belajar yang salah dan tidak efektif, bahkan cenderung merugikan orang tersebut.

Di lingkungan perkuliahan, strategi belajar di SMA sudah tidak dapat digunakan lagi. Penerapan pola belajar SMA dapat menjadi sebuah boomerang bagi seorang mahasiswa baru di perguruan tinggi.

c. Kurang gizi sehingga kemampuan otak lambat

Masalah ini sering dialami oleh orang - orang yang tinggal tidak dengan orang tuanya. Kebiasaan anak kos – kosan yang makan seadanya tidak memperhatikan nilai gizi dapat memengaruhi kemampuan otak. Oleh karena itu, kebutuhan akan nutrisi hendaknya dipenuhi.

Kesehatan jasmani mempengaruhi kesehatan rohani. Jika badan sehat dan bugar, stress yang sering berhubungan dengan studi tidak menjadi masalah serius. Tetapi, orang yang lemah jasmaninya, lebih mudah terganggu.

d. Kecerdasan Interpersonal

Yaitu kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain, mendukung keberhasilan dalam hidup. Hal ini pada khususnya berpengaruh dalam pergaulan dengan teman atau sosialisasi. Hal ini juga akan berpengaruh pada lingkungan.

e. Faktor Genetik yaitu fenotip dan genotip orang tua menurun

Di Swedia, Hallgren (1950) melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan rata – rata anggota keluarga tersebut mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja. Kesimpulannya, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan.

2. Faktor Eksternal

a. Jauh dari orang tua

Seperti telah diterangkan sebelumnya pada faktor internal masalah gizi, mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua sering mengalami masalah. Bukan hanya dalam hal gizi, tapi juga masalah mental dan pikirannya. Orang–orang yang jauh dari orang tuanya tentunya sering merasa rindu dan akhirnya kurang berkonsentrasi dalam kegiatan sehari – hari.

b. Faktor Blokade

Adanya blok-blok tersendiri sehingga dia susah untuk berbaur dengan teman-temannya mengakibatkan tidak mendapat dukungan.

c. Adanya Kesenjangan

Adanya kesenjangan antara harapannnya yang tinggi dengan prestasi yang dicapainya sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang berat untuk menjadi dokter.

d. Didikan orang tua yang salah

Ini ada dua kemungkinan. Memanjakan dan mendidik dengan kekerasan. Memanjakan, artinya anak selalu ditolong, dalam setiap kegiatannya. Ini mengakibatkan anak tidak mempunyai kekuatan pada dirinya, ia selalu menggantungkan diri pada orang lain, tidak dapat berdiri sendiri, dan menganggap dunia sekitarnya harus meladeninya. Padahal di masyarakat, orang harus to give and to take. Akibatnya, orang ini tidak berani bergaul dengan masyarakat, dan menjauhkan diri dari masyarakat yang mendidik dengan kekerasan, menyebabkan anak selalu mnerasa dimusuhi masyarakat, tertekan, hingga ia tidak dapat mengembangkan rasa kemasyarakatannya. Akibatnya, anak merasa terasing dari masyarakat, dan ia tidak akan pernah mencapai keinginannya.

Mendidik dengan kekerasan,yaitu selalu memaksakan kehendak dan keinginan pada anak – anaknya. Yang dibutuhkan adalah cinta dan kasih sayang dari masyarakat, dan yang terutama dari orangtuanya sendiri

e. Menjadikan teman sebagai saingan

Setelah memasuki dunia kampus seringkali seseorang harus dihadapkan pada lingkungan baru yang di dalamnya terdapat orang-orang yang baru mereka kenal. Terkadang, orang-orang yang datang sendiri mengemban cita-cita dan harapan yang besar dari kota kecil memiliki ego dan kesenangan sendiri. Ego ini membuat orang-orang ini melihat teman - teman kuliahnya sebagai orang asing yang harus dikalahkan demi mencapai harapan dan cita-citanya terssebut. Mereka berusaha keras mengalahkan “saingan-saingan”nya tersebut dan tidak ingin menjadi bagian dari “saingan-saingan”nya itu. Hal ini membuatnya terkucil dan akhirnya semakin sulit beradapatasi.

D. Faktor yang mendukung teratasinya kesulitan belajar

1. Strategi belajar yang baik

Strategi belajar yang baik dimaksudkan sebagai langkah – langkah baik menuju pembaruan yang dapat dilakukan. Misalnya berusaha beradaptasi, membuat metode belajar tersendiri, dan lain – lain.

2. Motivasi dari orangtua

Orangtua yang baik harus mampu mendorong anaknya dalam pembelajaran. Orangtua tidak bisa hanya memberikan patokan keharusan yang harus dicapai anak – anaknya. Orangtua harus menjaga komunikasi dengan anaknya, mengerti masalah – masalahnya, dan memberikan jalan keluar yang baik.

3. Blokade antar teman

Selain menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, blokade dapat pula mengatasi masalah ini. Blokade di sini dimaksudkan sebagai blokade terbuka untuk semua. Tidak hanya untuk orang-orang tertentu, tapi universal. Masing- masing berkumpul dan saling bantu menyelesaikan masalah.

E. Strategi Belajar sebagai penyelesaian masalah kesulitan belajar

1. Mengubah mind set dan berpikir positif

Mind Set (Pola Pikir) adalah inti dari Self Learning atau pembelajaran diri. Inilah yang menentukan bagaimana kita memandang sebuah potensi, kecerdasan, tantangan dan peluang sebagai sebuah proses yang harus diupayakan dengan ketekunan, kerja keras, komitmen untuk tercapainya kebehasilan visi dan tujuan hidup kita.

Seseorang dengan mindset berkembang akan selalu memandang bahwa bakat, kecerdasan, dan kualitas adalah sesuatu yang bukan given (sudah ditetapkan), tetapi bisa diperoleh melalui upaya-upaya tertentu. Karena itu hidup dalam pemanfaatan peluang dan tantangan untuk berkembang adalah jiwa dari orang dengan mindset berkembang ini. Keberhasilan dimaknai sebagai “berusaha lebih baik”, dan kegagalan dimaknai sebagai “kurangnya ketrampilan dan pengalaman”. Karena itu kegagalan perlu diresponi dengan sebuah upaya untuk bekerja lebih keras, lebih tekun, lebih bermotivasi.

Jika ingin menimba keberhasilan dan menjadi pribadi yang berkualitas, tidak ada jalan lain bahwa kita harus mengalami transformasi mindset kita. Tidak mudah mengubah mind set lama dengan mind set baru, karena perubahannya yang bersifat radikal. Mengubah mindset berarti membongkar kebiasaan dan sikap kita yang lama dan membentuk sebuah karakter baru seorang pembelajar. Visi dan tujuan hidup akan menjadi katalisator perubahan tersebut.

Perubahan mindset ini harus diikuti dengan sebuah identifikasi: peluang dan tantangan apa saja yang kita hadapi dan bisa kita gunakan untuk berkembang. Peluang itu bisa untuk diri sendiri, profesi, maupun untuk orang-orang di sekitar kita

Dan ketika identifikasi itu sudah dilakukan, kita perlu menyusunnya dalam sebuah rencana aksi yang jelas dan terukur. Tentu dibutuhkan komitmen dan tekad yang kuat supaya rencana itu berjalan dengan baik. Jika kita menemui rintangan atau kemunduran, maka kita perlu menyusun ulang rencana berdasarkan umpan balik dan kritik yang kita terima.

Ketika keberhasilan sudah mulai bisa dicapai, kita perlu memikirkan bagaimana cara mempertahankan keberhasilan tersebut, bahkan melanjutkan dan meningkatkannya. Tentu ini adalah sebuah proses berulang (circle process) dalam pembentukan karakter, kebiasan, dan perilaku kita menjadi pribadi yang utuh, berkualitas dan berkembang. Jadilah seorang pembelajar yang baik.

2. Metakognisi dalam dirinya

Metakognisi adalah kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Sedangkan kesadaran berpikir adalah kesadaran seseorang tentang apa yang diketahui dan apa yang akan dilakukan. Metakognisi memiliki dua komponen, yaitu: (1) pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) dan (2) keterampilan metakognitif (metakognitive skills). Pengetahuan metakognitif berkaitan dengan pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional. Sedangkan keterampilan metakognitif berkaitan dengan keterampilan perencanaan, keterampilan prediksi, keterampilan monitoring, dan keterampilan evaluasi.

Dengan metakognisi ini, dapat mulai dilakukan langkah-langkah pembelajaran yang perlu untuk mengatasi kekurangan masing-masing individu. Misalnya dengan mencari literature-literatur tambahan, mempelajari materi-materi yang kurang dikuasai, dan lain- lain.

3. Manajemen waktu

Ini adalah kunci pelaksanaan dalam mengatasi kesulitan belajar. Seseorang harus mampu mengatur waktu dalam semua kegiatannya. Baik itu dalam belajar, bekerja, berusaha, bergaul, dan yang paling penting adalah beristirahat.

4. Beradaptasi

Beradaptasi berupa membentuk kelompok belajar, bergaul tanpa membedakan, serta saling melengkapi satu sama lain.

F. Strategi Konselor dalam mengatasi Kesulitan Belajar

1. Menganamnesis masalah

Langkah – langkah anamsesis yaitu mengumpulkan data siswa, mengamati siswa, mengenal siswa, mengadakan komunikasi baik dengan siswa maupun orangtua atau wali, menghubungi teman-teman siswa dan membuat catatan mengenai siswa.

2. Bekerja sama dengan konselor lain untuk mencari solusi

Konselor yang menangani siswa dengan masalah kesulitan belajar dapat berbagi dan berdiskusi dengan konselor lain untuk mencari solusi terbaik. Hal ini sesuai dengan prinsip bersama selalu lebih baik daripada sendiri.

3. Memberikan motivasi

Setelah langkah anamnesis dan diskusi dilaksanakan, konselor dapat mulai memberikan motivasi – motivasi membangun sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi.

4. Memberikan fasilitas belajar yang baik

Fasilitas belajar dari konselor yang dimaksud adalah pemberian pelajaran tambahan di luar jam kuliah. Konselor dapat membantu mencarikan pengajar agar si anak dapat terbantu mengerti.

5. Mengadakan evaluasi

Setelah semua langkah – langkah diagnosa dan terapis dilaksanakan, langkah terakhir adalah memantau dan senantiasa mengevaluasi perkembangan yang dialami siswa. Hal ini agar langkah – langkah yang telah dilakukan sebelumnya tidak sia – sia dan siswa senantiasa terjaga pola belajar dan indeks prestasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar